Bismillaahirrahmaanirrahiim
ISLAM
Pidato Mirza Ghulam Ahmad a.s.
Tgl. 2 November 1904
di Kota Sialkote – Hindustan
Bab 43
(Tamat)
PEMBERIAN IZIN MELAKUKAN SYAFAAT MENOLAK FAHAM “PENEBUSAN DOSA” MELALUI “KEMATIAN TERKUTUK” NABI ISA IBNU MARYAM
A.S. DI TIANG SALIB & PENDAKWAAN SEBAGAI MASIH MAU’UD A.S. (AL-MASIH YANG DIJANJIKAN)
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam bagian akhir Bab sebelumnya telah dijelaskan topik
Mencela Kesempurnaan Ajaran Islam
Tanpa Pengetahuan & Tiga Cara Melakukan Pensucian
Jiwa dari Dosa. Sehubungan
dengan hal tersebut Masih Mau’ud a.s.
lebih lanjut menjelaskan:
“Di sini kami terangkan dengan sedih
hati bahwa kebanyakan orang-orang Ariya dan Kristen telah biasa mencela
peraturan-peraturan Islam yang benar dan sempurna tetapi
mereka lalai terhadap keruhanian agamanya
sendiri. Mencaci-maki dan mencela orang-orang mulia, nabi-nabi
dan rasul-rasul bukanlah ajaran suatu agama,
malah perbuatan terkutuk ini sangat berlawanan dengan asal (pokok) tujuan agama.
Tujuan agama adalah manusia harus membersihkan diri supaya ruhnya senantiasa bersujud di hadapan istana
Ilahi dengan penuh keyakinan, kecintaan, makrifat, kejujuran dan kesetiaan sehingga terjadi suatu perubahan sejati dalam dirinya
untuk memperoleh kehidupan surgawi
dalam dunia ini juga.
Kebaikan yang sebenarnya tidak dapat
diperoleh hanya dengan itikad bahwa Nabi Isa
naik di atas kayu salib
(disalibkan) untuk menebus dosa manusia
dan dengan beriman kepada hal ini
saja seorang menjadi bersih dari dosa-dosa. Bagaimana mungkin akan
dapat diperoleh kesucian dan kebersihan jika tidak dengan mengerjakan
tadzkiyah nafs (pensucian diri pribadi) sedikit pun?
Kesucian yang sebenarnya baru akan dapat
diperoleh kalau manusia taubat dari
kehidupan yang kotor untuk mencari kehidupan yang suci, dan harus menjalankan tiga perkara berikut ini:
Pertama, ialah tadbir
(rencana) dan mujahadah (daya
upaya/usaha) yakni sedapat mungkin ia harus berdaya-upaya
(berusaha) untuk keluar dari kehidupan
yang kotor.
Kedua,
ialah doa yakni setiap saat ia harus munajat ke hadhirat Ilahi agar Dia
mengaluarkannya dari kehidupan yang kotor dengan Tangan-Nya Sendiri serta menimbulkan suatu api di dalamnya untuk membakar segala apa yang bersangkut-paut
dengan kejahatan dan memberikan suatu
kekuatan untuk menang atas dorongan-dorongan nafsunya.
Hendaknya ia senantiasa sibuk di dalam doa itu sehingga tibalah saatnya suatu nur Ilahi turun atas kalbunya, suatu cahaya yang gemerlap melenyapkan segala kegelapan dari nafsunya serta menjauhkan kelemahan-kelemahannya
dan menimbulkan suatu perubahan suci
pada dirinya.
Sebenarnya doa mempuyai kekuatan
yang luar biasa, orang mati kalau dapat dihidupkan
lagi hanyalah dengan doa, orang-orang
kotor kalau dapat dibuat suci hanya dengan doa. Akan tetapi mengerjakan
doa itu sama susahnya seperti menerima kematian.
Ketiga, ia bergaul
dengan orang-orang suci dan shalih karena suatu pelita dapat dinyalakan
dengan perantaraan pelita lain
yang telah menyala.
Dua Macam “Minuman Surgawi”
Jelasnya ialah tiga jalan untuk memperoleh najat
(keselamatan) dari dosa dan dengan
mengerjakan semua jalan ini akhirnya
kelak kita akan mendapat fadhal
(karunia) dan rahmat Ilahi. Kita
tidak akan dapat lepas dari dosa hanya dengan mempercayai bahwa Nabi
Isa naik di atas kayu salib (disalibkan) untuk menebus dosa manusia, melainkan itu
hanya menipu diri sendiri.
Manusia dijadikan untuk suatu maksud dan tujuan yang
sangat tinggi maka ia tidak cukup hanya melepaskan
diri dari dosanya saja. Banyak binatang tidak berbuat suatu dosa, kemudian dapatkah binatang-binatang itu disebut sebagai kamil (sempurna)? Dapatkan kita
memperoleh hadiah atau karunia dari seseorang hanya karena kita
tidak berbuat dosa terhadapnya?
Karunia
dan hadiah itu akan diperoleh hanya
dengan khidmat dan bakti yang dikerjakan dengan tulus
ikhlas, dan khidmat dan bakti dalam jalan Allah Swt. ialah manusia harus menyerahkan diri kepada-Nya serta melepaskan segala kecintaan
yang lain untuk kecintaan kepada-Nya dan membuang kemauan sendiri untuk memperoleh keridhaan-Nya.
Tentang hal ini Al-Quran mengemukakan
suatu misal bahwa seorang manusia
tidak memperoleh kesempurnaan sebelum minum dua macam minuman: Pertama, ialah minuman untuk mendinginkan kesukaan kepada dosa yang dalam Al-Quran dinamakan “minuman kafur (kafur barus).” Kedua, ialah minuman untuk mengisi kecintaan
Ilahi yang dalam Al-Quran dinamakan “minuman zanjabil (jahe).”
Tetapi sayang orang-orang Ariya dan Kristen tidak mempergunakan jalan
ini. Orang-orang Ariya mengatakan
bahwa dosa akan dihukum -- baik bertaubat
atau pun tidak -- dan akan menyebabkan terjadinya penitisan
ruh (re-nkarnasi) yang berulang-ulang.
Orang-orang Kristen berpendirian bahwa hanya dengan mempercayai Nabi Isa a.s.
naik di atas salib (disalibkan) untuk menebus
dosa manusia kita akan lepas dari
dosa-dosa itu. Kedua golongan ini
telah sesat jauh dari asal maksudnya,
mereka meninggalkan pintu yang harus dilaluinya dalam hutan rimba yang sangat
jauh.
Nasihat Masih
Mau’ud a.s. Bagi Kaum
Kristen
Setelah ucapan terhadap orang-orang Ariya tersebut, sekarang saya tujukan
pembicaraan saya terhadap orang-orang Kristen
yang sangat berusaha menyiarkan agamanya di dunia ini, keadaan mereka lebih
buruk daripada orang-orang Ariya.
Orang-orang Ariya di zaman sekarang lagi berusaha membuang kepercayaan
tua yang mengajarkan penyembahan kepada makhluk.
Tetapi orang-orang Kristen di zaman
sekarang bukan saja mereka menyembah
kepada makhluk, malah lagi berusaha menyeret
seluruh dunia ke dalam penyembahan terhadap makhluk.
Semata-mata dengan memaksa dan mendesak mengemukakan Nabi Isa a.s. sebagai Tuhan padahal beliau a.s. sama sekali
tidak mempunyai kekuatan atau sifat yang tidak ada pada nabi-nabi lain, bahkan beberapa nabi lain dalam memperlihatkan mukjizat ada yang melebihi Nabi Isa
a.s., dan kelemahan-kelemahan beliau menjadi saksi
bahwa beliau a.s. hanyalah semata-mata manusia serta beliau a.s. tidak pernah mendakwakan diri sebagai Tuhan. Segala ucapan beliau a.s. yang dipakai untuk menyatakan pendakwaan beliau a.s. sebagai Tuhan adalah kesamaran dan kekeliruan
faham saja.
Perkataan-perkataan semacam itu acap kali
dipergunakan dalam kalimat-kalimat Ilahi
sebagai isti’arah dan tamsil
(kiasan) terhadap nabi-nabi dan rasul-rasul-Nya, karena itu orang-orang
berakal tidak akan menisbahkan
pendakwaan sebagai Tuhan dari
perkataan tersebut, melainkan kekeliruan
itu akan dikerjakan oleh orang-orang yang membikin dan menjadikan manusia sebagai Tuhan.
Saya bersumpah
dengan nama Allah Swt,. bahwa dalam wahyu-wahyu dan ilham-ilham yang saya terima terdapat kalimat-kalimat (isti’arah
dan kiasan) yang lebih dari itu, maka jika kalimat-kalimat tersebut membuktikan
Nabi Isa a.s. sebagai Tuhan maka saya pun – Na’ūdzubillāh -- mempunyai
hak untuk mendakwakan semacam itu.
Haruslah
diperhatikan bahwa orang-orang yang menuduh
Nabi Isa a.s. mendakwakan sebagai Tuhan mereka itu dalam kesalahan
besar, sebab beliau a.s. sama sekali
tidak pernah mendakwakan yang semacam
itu. Pengakuan Nabi Isa a.s. tentang diri beliau a.s. tidak melebihi
batas-batas syafaat (rekomendasi/perantaraan), dan tidak ada yang menolak mengenai
syafaat nabi-nabi Allah.
Dengan syafaat Nabi Musa a.s. beberapa kali Bani Israil diselamatkan dari siksaan yang bergolak-golak. Saya
sendiri pun punya pengalaman dalam hal ini, dan sebagian besar dari orang-orang
terkemuka dalam kami mengetahui pula
bahwa dengan syafaat saya beberapa
orang diselamatkan dari
musaibah-musibah dan penyakit, sebagaimana hal itu sebelumnya lebih dulu telah dikabarkan kepada
mereka.
Itikad tentang Nabi Isa a.s. dinaikkan di atas kayu salib (disalibkan) untuk menebus
dosa manusia dan dosa-dosa umatnya dipikul
oleh beliau adalah suatu masalah yang sangat bertentangan dengan akal
sehat, karena dosa seseorang lalu menghukum orang lain adalah suatu hal
yang jauh dari sifat-sifat keadilan
Allah Swt..
Itikad
Keagamaan dan Kecintaan
Duniawi “Generasi Penerus” yang Bertentangan “Golongan Hawari”
Pendek kata istilah ini penuh dengan kesalahan dan kesamaran. Menyembah kepada makhluk dengan meninggalkan Allah Swt.
Yang bersifat Tunggal (Al-Ahad) dan tidak bersekutu bukanlah pekerjaan orang
yang berakal. Mengapa tiga oknum yang sempurna dan mustaqil
(berdiri sendiri) -- serta semuanya sama-sama mempunyai kekuatan --menjadi “satu
Tuhan” yang sempurna adalah suatu manthiq (logika) di dunia ini yang hanya
dapat difahami oleh orang-orang Kristen.
Yang harus disesalkan ialah maksud dan tujuan membuat kepercayaan
yang baru tersebut – yaitu lepas dan
bebas dari kekotoran dunia ini -- tetapi
semua itu tidak berhasil juga. Malah
para hawariyyin (pengikut) Nabi Isa
a.s. sebelum diadakan kepercayaan tentang kaffarah
(penebusan) mereka mempunyai keruhanian yang sangat suci, mereka tidak terjerumus ke dalam kekotoran keduniawian, dan mereka tidak
berdaya-upaya untuk mencari keduniawian
saja. Tetapi orang-orang (generasi) yang setelah mereka, sesudah ada masalah kaffarah (penebusan) tidak mempunyai
lagi keruhanian dan akhlak seperti
para hawari yang dahulu itu.
Teristimewa dalam zaman sekarang
semakin banyak disiarkannya masalah kaffarah
(penebusan) tentang Nabi Isa a.s., semakin banyak umat Kristen maju dalam keduniaan
dan sebagian besar mereka seolah-olah seperti orang mabuk, mereka siang dan malam sibuk
dalam pekerjaan dunia saja. Rasanya tidak perlu diceritakan di sini dosa-dosa lain yang lagi merajalela di Eropa
teristimewa minuman arak dan perzinahan.”
Penjelasan Masih Mau’ud a.s. mengenai perbedaan faham keagamaan antara golongan hawari
di masa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.3:53-55) dengan generasi penerus mereka yang mempercayai “Trinitas”
dan “Penebusan dosa” -- yang bertentangan
dengan ajaran asli Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
(QS.5:117-119) -- tersebut sesuai dengan
firman Allah Swt. berikut ini:
فَخَلَفَ مِنۡۢ بَعۡدِہِمۡ خَلۡفٌ
وَّرِثُوا الۡکِتٰبَ یَاۡخُذُوۡنَ عَرَضَ ہٰذَا الۡاَدۡنٰی وَ یَقُوۡلُوۡنَ
سَیُغۡفَرُ لَنَا ۚ وَ اِنۡ یَّاۡتِہِمۡ عَرَضٌ مِّثۡلُہٗ یَاۡخُذُوۡہُ ؕ اَلَمۡ
یُؤۡخَذۡ عَلَیۡہِمۡ مِّیۡثَاقُ الۡکِتٰبِ اَنۡ لَّا یَقُوۡلُوۡا عَلَی
اللّٰہِ اِلَّا الۡحَقَّ وَ دَرَسُوۡا مَا
فِیۡہِ ؕ وَ الدَّارُ الۡاٰخِرَۃُ
خَیۡرٌ لِّلَّذِیۡنَ یَتَّقُوۡنَ ؕ
اَفَلَا تَعۡقِلُوۡنَ ﴿﴾
Maka datang menggantikan sesudah mereka,
suatu generasi pengganti
yang mewarisi Kitab Taurat itu,
mereka mengambil harta dunia yang rendah ini dan mereka mengatakan: “Pasti kami akan diampuni.” Dan jika datang kepada mereka harta semacam itu
lagi mereka akan mengambilnya. Bukankah telah diambil perjanjian dari mereka dalam Kitab bahwa mereka tidak akan mengatakan sesuatu
terhadap Allah kecuali yang haq, dan
mereka telah mempelajari apa yang tercantum di dalamnya? Padahal
kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa,
apakah kamu tidak mau mengerti? (Al-A’rāf [7]:170).
Makna 'aradha dalam ayat: یَاۡخُذُوۡنَ عَرَضَ ہٰذَا الۡاَدۡنٰی
وَ یَقُوۡلُوۡنَ سَیُغۡفَرُ لَنَا -- “mereka
mengambil harta dunia yang rendah ini dan mereka mengatakan: “Pasti kami akan diampuni” artinya:
barang yang tidak kekal, barang-barang duniawi yang rendah nilainya,
barang-barang dagangan atau komoditi-komoditi duniawi; benda atau sesuatu (Lexicon Lane).
ucapan mereka سَیُغۡفَرُ لَنَا --
”pasti kami diampuni” mengisyaratkan kepada “Trinitas” dan “penebusan dosa”
rekayasa Paulus dalam “surat-surat
kirimannya” sebagaimana dikuatkan oleh
kalimat selanjutnya: اَلَمۡ یُؤۡخَذۡ
عَلَیۡہِمۡ مِّیۡثَاقُ الۡکِتٰبِ اَنۡ لَّا یَقُوۡلُوۡا عَلَی اللّٰہِ اِلَّا الۡحَقَّ وَ دَرَسُوۡا مَا فِیۡہِ -- “Bukankah telah diambil perjanjian dari mereka dalam Kitab bahwa mereka tidak akan mengatakan sesuatu
terhadap Allah kecuali yang haq, dan
mereka telah mempelajari apa yang tercantum di dalamnya?“ Darasa berarti: (1) ia membaca atau menelaah buku; (2) ia
meniadakan, menghapuskan atau melenyapkan sesuatu (Lexicon Lane).
Bukti-bukti Kebenaran
Pendakwaan Masih Mau’ud a.s.
Selanjutnya Masih Mau’ud a.s. bersabda: “Sekarang saya jelaskan beberapa keketangan
tentang kebenaran pendakwaan saya di hadapan sidang pendengar semuanya dan
kemudian pidato ini akan diakhiri.
Wahai
para pendengar yang mulia, semoga Allah Swt. membukakan dada Tuan-tuan untuk menerima
haq (kebenaran) dan memberi ilham
kepada Tuan-tuan untuk memahami haq
(kebenaran). Seharusnya Tuan-tuan mengetahui bahwa setiap nabi, rasul dan utusan Ilahi yang datang untuk melakukan ishlah (perbaikan) manusia, walau pun
menurut akal kita harus taat
kepadanya – kalau apa yang dikatakannya itu benar
belaka dan tidak ada kedustaan atau tipuan sedikit pun – karena akal yang sehat tidak memerlukan suatu mukjizat untuk menerima apa yang terbukti benar.
Tetapi fitrat manusia mempunyai satu kekuatan waham (keraguan) juga, karena itu walau pun suatu perkara memang
benar dan betul tetapi dalam batin
manusia akan timbul waham (keraguan) bahwa orang yang menceritakan itu mungkin mempunyai
suatu kepentingan diri, atau
jangan-jangan ia tertipu atau ia
hendak menipu. Malah kadang-kadang karena
orang yang menceritakan itu adalah orang yang biasa saja maka perkataannya tidak diperhatikan dan ia dianggap hina dan rendah.
Ada kalanya dorongan dan kehendak nafs
Ammarah begitu keras, sehingga meski pun apa yang difimankan itu telah dimengerti dan telah diketahui kebenarannya tetapi tidak
memdapat kekuatan (taufik) untuk mengerjakan hal itu, atau karena kelemahan
fitrat tak dapat mengerjakan. Karena
itu hikmah Ilahi menetapkan bahwa
orang-orang istimewa (makhsus) yang diutus
oleh-Nya beserta mereka dikirim pula tanda-anda
sebagai pertolongan Ilahi.
Tanda-tanda itu kadang-kadang
sebagai pertolongan Ilahi, dan tanda-tanda
itu kadang-kadang menyerupai rahmat
dan kadang-kadang sebagai azab juga,
karena tanda-tanda itulah orang-orang
yang diutus oleh-Nya dinamakan bashīr (yang membawa kabar gembira) dan nadzīr ( yang membawa peringatan).
Orang-orang
Beriman dan Tanda-tanda
Rahmat
Tetapi dari tanda-tanda rahmat hanya orang-orang mukmin yang akan mendapat kebahagiaan, yang tidak
takabbur di hadapan perintah Ilahi
dan tidak menghina terhadap
orang-orang yang diutus-Nya, malah mengenali mereka menurut firasat yang Allah berikan kepada
mereka. Mereka berpegang pada jalan takwa
dengan kuat dan tidak keras kepala, begitu juga mereka tidak mengasingkan diri dari masyarakat karena
keduniaan dan takabbur serta tidak mendapat kemuliaan
secara menipu.
Bahkan
apabila mereka menyaksikan bahwa menurut sunnah
nabi-nabi-Nya seseorang telah bangkit pada waktunya yang tepat untuk memanggil manusia kepada Allah Swt. dan
ada jalan untuk mempercayai kebenarannya.
Lagi pula pertolongan Ilahi, takwa
dan amanat terdapat dalam diri
orang itu, dan menurut ketetapan tidak ada perbuatan
dan perkataan nabi-nabi Allah yang
dapat dicela lalu mereka menerima dan beriman kepada orang itu.
Begitu juga ada sebagian orang yang baik dan patuh batinnya, mereka dengan hanya melihat air muka (wajah) saja dapat mengetahui bahwa wajah orang itu bukan orang pembohong dan penipu. Maka orang-orang yang semacam inilah yang mendapat tanda-tanda rahmat Ilahi, dan karena pergaulan
dengan orang yang suci dan shalih itu dengan segera mereka mendapat
kekuatan iman dan pengalaman tentang perubahan sejati untuk menyaksikan tanda-tanda yang baru itu.
Hikmah-hikmah,
rahasia-rahasia, pertolongan-pertolongan, bantuan-bantuan dan ilmu-ilmu gaib semuanya menjadi tanda-tanda Ilahi bagi mereka. Karena kecerdasan dan kehalusan otak mereka dapat mengenal tanda-tanda Ilahi yang sedalam-dalamnya, dengan merasakan pertolongan Ilahi yang sangat halus dan istimewa
terhadap utusan-Nya.
Dua Tanda Langit:
Gerhana Bulan dan Gerhana Matahari
Sebaliknya dari itu, ada lagi orang-orang
lain yang tidak memperoleh kebahagiaan
dari tanda-tanda rahmat sedikit pun.
Sebagaimana kaum Nabi Nuh a.s. tidak mendapat kebahagiaan dari suatu mukjizat
lain, melainkan hanya dari mukjizat taufan
banjir yang menenggelamkan mereka. Kaum Nabi Luth a.s. pun tidak mengambil faedah dari suatu mukjizat, melainkan dari mukjizat
hujan batu dan gempa bumi yang membinasakan negeri mereka.
Begitu juga Allah Swt. mengutus saya pada zaman sekarang, dan saya menyaksikan
bahwa kebanyakan orang zaman sekarang mempunyai tabiat dan kelakuan
seperti kaum Nabi Nuh a.s.. Beberapa tahun yang lalu Allah Swt.
memperlihatkan dua tanda di atas langit tentang kebenaran saya, dan menurut riwayat seorang keturunan Nabi Muhammad
saw. hal itu sebagai kabar gaib yang
telah diberitahukan terlebih dulu oleh beliau saw., bahwa apabila Imam Akhir Zaman akan datang di dunia ini akan tampak dua tanda baginya yang tidak pernah diperlihatkan
bagi orang lain. Yakni pada waktu itu dalam bulan Ramadhan bulan akan gerhana pada
tanggal pertama dari tanggal-tanggal gerhana
bulan, dan dalam bulan Ramadhan itu juga matahari pun akan gerhana
pada tanggal yang tengah pada tanggal-tanggal gerhana matahari.
Kabar gaib
ini disetujui oleh orang-orang Ahli Sunnah
dan Syi’ah semua, dengan keterangan sejak adanya dunia ini tidak
pernah kejadian kedua gerhana itu
pada tanggal-tanggal tersebut dalam zaman ketika seseorang mendakwakan diri sebagai utusan
dan imam yang diutus Allah Swt..
yakni tanda ini dimakhsuskan
(diistimewakan) untuk Imam Akhir Zaman
dan hanya akan terjadi pada pada zaman beliau itu. Kabar-kabar gaib ini tercantum pula dalam kitab-kitab yang telah
dicetak seribu tahun sebelum sekarang.
Kabar
gaib tersebut menjadi sempurna pada waktu pendakwaan saya sebagai Imam Mahdi,
tetapi tidak ada yang menerimanya. Tidak
ada seorang pun yang baiat kepada
saya karena menyaksikan genapnya kabar
gaib yang agung ini, melainkan
mereka telah mencaci-maki dan memperolok-olok saya serta menamakan saja dajjal, kafir dan kadzdzab (pendusta).
Mereka berlaku begitu karena kabar gaib ini bukanlah sebagai azab (siksaan) melainkan suatu tanda rahmat Ilahi untuk memberitahukan
lebih dulu kepada manusia, tetapi orang
tidak mengambil manfaat dari tanda itu dan tidak memberikan perhatian kepada saya sedikit pun seolah-olah
tanda itu tidak berarti dan hanyalah suatu kabar gaib yang sia-sia saja.
Kemudian apabila orang-orang yang menolak
itu telah melampaui batas dalam perlawanannya
barulah Allah Swt. memperlihatkan satu tanda
azab di muka bumi ini sebagaimana telah disebutkan dalam kitab nabi-nabi terdahulu. Tanda azab itu adalah wabah penyakit tha’un (pes) yang beberapa tahun
lagi akan membinasakan penduduk negeri ini, dan tidak akan dapat dilenyapkan oleh usaha dan ikhtiar manusia.
Kabar tentang tha’un itu dengan perkataan
yang terang telah difirmankan Allah Swt. dalam Al-Quran begini:
وَ اِنۡ مِّنۡ قَرۡیَۃٍ اِلَّا نَحۡنُ
مُہۡلِکُوۡہَا قَبۡلَ یَوۡمِ الۡقِیٰمَۃِ
اَوۡ مُعَذِّبُوۡہَا عَذَابًا شَدِیۡدًا
(dan tiada satu pun
dari negeri-negeri melainkan Kami membinasakannya sebelum Hari Kiamat atau akan memberi siksaan kepadanya siksaan yang
pedih – QS.17:59). Yakni sedikit waktu sebelum Kiamat akan datang suatu wabah
yang sangat dahsyat yang akan membinasakan
kampung-kampung sama sekali dan sebagian lagi setelah menderita yang keras
akan diselamatkan.
Begitu pula dalam suatu ayat lain Allah
Swt. berfirman yang maksudnya “Bahwa apabila Kiamat telah dekat Kami akan
mengeluarkan suatu kuman dari bumi yang akan menggigit orang-orang karena
mereka tidak mempercayai Tanda-tanda Kami.”[1] Kedua-dua ayat tersebut dalam Al-Quran dan dengan
jelas memberi kabargaib tentang tha’un (pers) karena tha’un pun semacam kuman
juga.
Walau
pun tabib-tabib yang dahulu tidak mengetahui mengenai kuman penyakit tersebut tetapi Allah Swt. yang bersifat ‘Alimul-ghaib – Maha Mengetahui yang
gaib” mengetahui pula bahwa bibit tha’un
adalah semacam kuman yang keluar dari bumi karena itu Dia menamakannya “dabbatul-ardhi” yakni “kuman-kuman
bumi”.
Baiat Setelah Menyaksikan Tanda Azab
Pendek
kata, apabila di daerah Punjab telah timbul pula suatu kegoncangan hebat dalam seluruh negeri ini barulah sebagian orang-orang sadar dan dalam sedikit waktu saja
hampir 200.000 orang telah baiat
kepada saya, sehingga sekarang pun dengan pesat orang-orang lagi baiat kepada kami karena serangan tha’un pun belum juga berhenti. Penyakit
tha’un adalah sebagai tanda Ilahi yang mungkin tidak akan lenyap dari negeri ini
sebelum orang-orang mengadakan perubahan
dalam dirinya.
Boleh
dikatakan orang-orang zaman sekarang sangat menyerupai
orang-orang pada zaman Nabi Nuh a.s.
yakni tidak ada yang beriman dengan tanda-tanda
rahmat Ilahi, tetapi dengan melihat tanda-tanda
azab beribu-ribu orang telah baiat.
Nabi-nabi terdahulu pun telah menceritakan tentang tanda tha’un ini, dan dalam Injil
pun disebutkan, namun dalam zaman Masih
Mau’ud akan ada suatu wabah yang membinasakan dan
peperangan-peperangan juga, yang semuanya itu sekarang lagi terjadi.
Oleh karena itu hai orang-orang Islam taubatlah.
Kalian menyaksikan setiap tahun handai- taulan dan keluarga yang dicoinai
kalian dipisahkan dari kalian oleh tha’un ini. Tunduklah kepada Allah Swt.
supaya Dia pun condong kepada kalian.
Sekarang pun belum dapat ditentukan
untuk berapa lama tha’un akan merajalela
dan apa yang akan terjadi di kemudian hari.
Seseorang yang hendak mencari haq (kebenaran) jika masih punya keraguan mengenai pendakwaan saya kemudian dengan mudah keraguan itu dapat dibersihkan. Sesungguhnya kebenaran tiap-tiap nabi akan dapat diketahui dengan tiga jalan berikut ini:
Pertama,
dengan akal manusia yang sehat. Yakni
pada waktu kedatangan rasul dan nabi itu harus diperlihatkan apakah akal yang sehat membenarkan perlunya kedatangan seorang nabi pada waktu itu atau tidak? Dan
apakah keadaan manusia pada waktu itu
membutuhkan seorang mushlih (pembaharu) atau tidak?
Kedua, dengan kabar gaib dari nabi-nabi
yang dahulu yakni harus diperhatikan apakah seorang telah memberikan kabar gaib tentang nabi
itu atau tentang
kedatangan seorang nabi dalam zaman
itu atau tidak?
Ketiga, dengan pertolongan dan bantuan Ilahi, yakni harus diperhatikan apakah pertolongan-pertolongan dan bantuan Ilahi ada berserta nabi itu atau
tidak?
Demikianlah tiga alamat (tanda/jalan) yang telah diterapkan dari dahulu kala untuk mengenal
seorang utusan-Nya yang benar itu.
Wahai
Tuan-tuan sekalian, Allah Swt. karena kasihan kepada Tuan-tuan telah
mengumpulkan ketiga tanda tersebut
tentang kebenartan saya pada satu
tempat juga, sekarang terserah kepada Tuan-tuan untuk menolak atau menerimanya.
Kalau diperhatikan menurut akal, kemudian akal yang sehat berteriak-teriak minta dengan sangat bahwa
orang-orang Islam dalam waktu sekarang sangat membutuhkan seorang Mushlih Ilahi. Keadaan lahir dan batin kedua-duanya telah sangat berbahaya,
orang-orang Islam seolah-olah berdiri di
tepi suatu jurang yang dalam atau
terkurung dalam suatu taufan yang
hebat.
Kalau diselidiki menurut kabar-kabar gaib yang dahulu maka terbukti
bahwa Nabi Daniel pun telah memberi kabar gaib tentang saya dan tentang zaman saya yang sekarang ini. Apalagi Nabi
Muhmmad saw. telah bersabda pula bahwa Masih
Mau’ud akan lahir dalam umat ini juga, kalau ada yang belum mengetahui
bolehlah ia menyaksikan dalam Kitab-kita Hadits Bukhari dan Muslim,
dan boleh mempelajari pula kabar-kabar gaib tentang kedatangan
seorang mujaddid dalam permulaan
tiap-tiap abad.
Genapnya Nubuatan
Dalam Buku “Barāhin-i Ahmadiyyah”
Apabila hendak mencari pertolongan dan bantuan Ilahi
mengenai saya haruslah diperhatikan bahwa hingga kini beribu-ribu tanda telah tampak jua. Dari
antara tanda-tanda tersebut adalah satu tanda yang 20 tahun lebih dulu
telah ditulis dalam kitab “Barāhin-i
Ahmadiyyah” tatkala belum ada seorang pun
yang baiat kepada saya dari
tempat yang jauh.
Tanda itu adalah satu wahyu dari Allah Swt.
yang bunyinya: “Ya-tika min kulli fajjin
‘amīq, ya-tuna min kulli fajjin ‘amīq” --
yakni “akan datang kepada engkau hadiah-hadiah dari tempat yang jauh”
dan “akan datang kepada engkau orang-orang yang banyak dari tempat-tempat yang
jauh.”
Allah Swt. berfirman lagi: “Wa lā tusair likhalqillāh, wa lā tas’am
minan- nās” yakni “Begitu banyak
makhluk akan datang kepada engkau dan engkau akan heran melihat banyaknya
orang-orang, maka hendaknya engkau jangan berlaku keras terhadap mereka dan
jangan bosan karena kunjungan mereka.”
Karena itu wahai orang-orang yang kucintai,
walau pun Tuan-tuan belum mengetahui
berapa banyaknya orang-orang yang datang ke Qadian untuk berjumpa dengan saya,
dan betapa terang sempurna kabar gaib
itu, tetapi dalam kota (Sialkote) ini pun telah Tuan-tuan telah menyaksikan
bahwa atas kedatangan saya beribu-ribu manusia telah berkumpul di
stasion kereta api di sini hanya untuk
melihat saya, beratas-ratus orang
laki-laki dan perempuan telah baiat
kepada saya dalam kota ini.
Saya dulu sekitar 7 tahun lamanya tinggal
di kota ini dalam zaman 7 atau 8 tahun sebelum kitab “Barāhin-i Ahmadiyyah”, ketika tidak ada yang mengenal atau mengetahui
keadaan saya. Hendaknya harus diperhatikan, bahwa 24 tahun sebelum
keadaan sekarang tatkala belum ada yang mengetahui tentang saya dalam kitab “Barāhin-i
Ahmadiyyah” telah disebutkan kabar-gaib tentang kemajuan saya.
Sebagaimana telah saya jelasklan
bahwa tidak lama sebelum “Barāhin-i
Ahmadiyyah” dikarang saya pernah
tinggal di kota ini (Sialkote) hampir 7 tahun lamanya tetapi di antara
Tuan-tuan jarang sekali yang mengenal saya, karena saya pada waktu itu tidak terkenal hanya sebagai seseorang saja di antara orang
banyak dengan tidak mempunyai suatu kehormatan atau ketinggian dalam pandangan umum.
Tetapi zaman itu sangat manis bagi saya,
menyendiri di tengah-tengah khalayak ramai, sebatangkara di antara manusia yang,
saya tinggal di kota pada waktu itu seperti tinggal di hutan yang sunyi senyap.
Saya mencintai kota ini seperti kepada
Qadian, karena dalam zaman permulaan saya saya pernah tinggal lama di kota ini
dan sudah banyak berjalan-jalan di kampung-kampung dalam kota ini.
Sejak zaman itu saya mempunyai seorang
sahabat yang mukhlis dalam kota ini, seorang
bernama Hakim Hisamuddin Sahib, yang pada waktu itu pun sangat cinta
kepada saya, beliau dapat memberi kesaksian bagaimana keadaan saya pada waktu itu yang tidak masyhur sama
sekali.
Sekarang saya bertanya kepada Tuan-tuan, dapatkan seorang pendusta memberi kabar-gaib
yang begitu agung dalam zaman ketika ia tidak terkenal sama sekali bahwa di
kemudian hari ia akan memperoleh kemuliaan
dan kemajuan
sedemikian rupa hingga beratus ribu manusia akan menjadi murid-muridnya dan
orang-orang berduyun-duyun akan baiat kepadanya, perlawanan yang sangat hebat dari musuh-musuhnya tidak akan dapat menghalangi perhatian manusia kepadanya,
bahkan begitu banyak orang-orang akan datang kepadanya hingga ia merasa letih
dan payah?
Apakah manusia berkuasa memberi kabar gaib semacam itu? Apakah seorang pendusta dan penipu dalam keadaan yang sangat lemah dan sendirian 24 tahun
sebelumnya dapat memberi kabar gaib
bahwa di kemudian hari ia akan memperoleh kemenangan
dan perhatian manusia yang begitu
agung?
Kabar gaib tersebut telah dicantumkan dalam
buku “Barāhin-i Ahmadiyyah” yang
telah tersiar di seluruh negeri ini, banyak orang-orang Islam, Kristen dan Ariya, begitu juga pemerintah
memiliki kitab itu. Kalau masih ada
yang merasa ragu-ragu tentang
kebenaran tanda yang amat agung ini
maka dia harus mengemukakan contohnya yang lain dalam dunia ini. Selain dari kabar gaib tersebut banyak hal lagi tanda-tanda lain yang telah diketahui
oleh penduduk negeri ini semuanya.
Mencela Beberapa Nubuatan
yang Dianggap Tidak Sempurna
Kejadiannya
Sebagian
orang yang tidak faham dan tidak mau menerima kebenaran, mereka tidak mau
mengambil faedah dari tanda yang telah terbukti-nyata juga. Mereka hanya
mengemukakan pencelaan-pencelaan yang
siapa-sia belaka untuk menjauhkan diri dari kebenaran.
Dengan mencela kepada satu-dua kabar gaib mereka hendak menutupi kebenaran beribu-ribu kabar gaib dan tanda-tanda yang sangat terang.
Sayang, waktu berbicara bohong mereka sedikit pun tidak takut kepada Allah Swt., dan waktu berdusta mereka sedikit pun tidak ingat pada pembalasan Hari Kemudian. Saya tidak perlu menjelaskan kedustaan mereka di hadapan para
pendengar sekalian.
Sekiranya
mereka mempunyai takwa dan
sedikit saja ketakutan kepada Allah Swt. mereka tidak akan tergesa-gesa
dalam mendustakan tanda-tanda-Nya.
Seandainya ada suatu tanda yang tidak
mereka fahami, kemudian dengan jalan kesopanan dan kemanusiaan mereka dapat menanyakan hakikatnya kepada saya.
Celaan besar yang dikemukakan mereka ialah bahwa
Atham tidak mati dalam tempo yang telah ditentukan dalam kabar gaib itu, dan walau pun Ahmad Beg meninggal menurut kabar gaib tetapi menantunya yang termasuk dalam kabar gaib itu tidak mati.
Demikianlah keadaan takwa mereka bahwa beribu-ribu tanda yang telah terbukti kebenarannya tidak diceritakan sama sekali, tetapI satu-dua kabar gaib yang belum difahami mereka
berulang-ulang dicela dan diceritakan
pada tiap-tiap tempat.
Kalau mereka takut kepada Allah Swt. niscaya mereka akan mengambil
manfaat dari tanda-tanda dan kabar-kabar
gaib yang telah terbuti kebenarannya.
Orang-orang yang setia dan jujur tidak suka memalingkan diri dari mukjizat yang terang benderang dan hanya
mencela beberapa hal yang belum mereka fahami.
Dengan jalan yang mereka gunakan akan
terbukalah pintu untuk mencela semua nabi-Nya dan akhirnya orang-orang macam
itu akan menolak semua nabi-Nya. Umpamanya tidak ada suatu keraguan tentang kebenaran mukjizat-mukjizat Nabi Isa a.s., tetapi seorang yang melawan beliau dapat
mengatakan bahwa beberapa kabar gaib
dari nabi Isa a.s. adalah dusta dan bohong.
Beberapa Kekeliruan
Ijtihad Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
Menjadi “Batu Sandungan”
Sebagaimana orang-orang Yahudi sampai
sekarang mengatakan bahwa tidak ada satu pun kabar gaib dari Nabi Isa a.s. yang menjadi sempurna (genap). Nabi
Isa a.s. bersabda bahwa 12 hawariyyin itu akan duduk di atas 12 tahta dalam
surga, tetapi dari 12 hawari itu hanya tinggal 11 hawari saja karena satu murtad.
Nabi Isa
a.s. mengatakan bahwa sebelum meninggalkan orang-orang zaman itu beliau a.s. akan datang
lagi ke dunia ini, padahal bukan hanya orang-orang pada zaman itu saja bahkan
sekali pun orang-orang yang dalam 18 abad yang lalu telah meninggal dunia
tetapi Nabi Isa a.s. belum datang juga.
Dalam
zaman itu pun telah terbukti kedustaan
dari kabar gaib Nabi Isa a.s., beliau
a.s. mengatakan diri sebagai raja
orang-orang Yahudi, tetapi beliau a.s. tidak memperoleh suatu kerajaan
pun. Pencelaan-pencelaan semacam itu
banyak lagi yang dikemukakan orang-orang Yahudi.
Begitu juga di zaman sekarang sebagian
orang-orang yang kotor batinnya dengan mencela
beberapa kabar gaib Nabi
Muhammad saw. suka menolak semua kabar gaib beliau
saw. dan ada juga yang mengemukakan kejadian di Hudaibiyah sebagai pencelaan.
Kalau pencelaan
semacam itu dapat diterima, lalu apakah yang harus saya sesalkan kepada mereka?
Tetapi hanya ditakutkan kalau-kalau mereka dengan jalan demikian lambat-laun
akan keluar dari agama Islam. Demikian
pula kabar-kabar gaib dari saya pun
seperti kabar-kabar gaib nabi-nabi lainnya ada beberapa bagian dari ijtihad (pendapat).
Haruslah diketahui bahwa dalam keberangkatan Nabi Muhammad saw. ke
Hudaybiyah adalah bagian dari ijtihad
maka beliau saw. berangkat juga hanya saja ijtihad
tersebut tidak terbukti benar. Sebenarnya keagungan, kegagahan dan
kehormatan seorang nabi sedikit pun tidak akan ternoda dengan kadang-kadang terjadinya suatu kesamaran atau kesalahan
dalam ijtihad nabi itu. Kalau ada
yang mengatakan bahwa kejadian semacam itu akan menjauhkan keamanan dan ketentraman
batin, jawabannya adalah bahwa bagian dari “kebanyakan yang benar” akan
menjaga keamanan dan ketentraman batin itu.
Nubuatan Ancaman
Dapat Ditangguhkan
atau Dibatalkan
Wahyu-wahyu dari para nabi Allah kadang-kadang
sebagai suatu kabar “wa’īd” (ancaman)
yang singkat saja dan tidak terinci, tidak dijelaskan, dan kadang-kadang
tentang suatu perkara wahyu adalah banyak dan jelas juga. Maka
tentang wahyu yang singkat tersebut terjadi kesalahan ijtihad, tetapi kemudian hal-hal yang bayyinat (jelas) dan muhkamat (terang
dan pasti) tidak akan tercemar karena
itu.
Saya tidak dapat menolak kalau
kadang-kadang wahyu kami pun
adalah seperti suatu kabar “wa’īd”
(ancaman) yang singkat saja, lalu dalam memahaminya
timbullah suatu kesalahan ijtihad,
dan semua nabi pun mempunyai (mengalami) keadaan semacam itu. La’natullāh ‘alal kādzdzibīn (laknat
Allah atas orang-orang yang berdusta).
Lagi pula harus diperhatikan, bahwa kabar-kabar gaib yang mengandung wa’iid (ancaman) tidak mesti Allah Swt. benar-benar menjadikan. Contohnya
adalah kabar gaib dari Nabi Yunus
a.s.. Semua nabi sepakat bahwa kehendak
Ilahi yang menyerupai wa’īd
(ancaman) dapat ditangguhkan dengan doa dan sedekah, maka kalau kabar
gaib yang mengandung “wa’īd” (ancaman)
tidak dapat ditunda lagi maka doa dan sedekah tidak ada hasilnya.
Sekarang kami akhiri pidato ini dengan ucapan syukur kepada Allah Swt. yang telah memberi taufik kepada kami yang
dha’if (lemah) dan sakit ini untuk mengarang pidato ini. Kami berdoa kepada
hadhirat Ilahi agar pidato ini menyebabkan hidayah
(petunjuk) bagi orang banyak.
Sebagaimana dalam rapat (pertemuan) yang zahir ini kelihatan persatuan, demikian juga semoga hati sanubari semua orang menjadi rapat dan bersatu dengan cinta mencintai
dalam silsilah petunjuk Ilahi itu, dan dari tiap-tiap penjuru mulai bertiup angin hidayah (petunjuk) juga. Mata
manusia tidak dapat melihat kalau tidak ada cahaya
dari langit, maka semoga Allah Swt. menurunkan caraya ruhani dari langit supaya mata dapat melihat, dan mengadakan udara
(hawa) dari gaib supaya telinga dapat
mendengar.
Siapakah yang dapat datang kepada kami?
Tidak lain melainkan orang yang ditarik oleh Allah Swt. kepada
kami. Banyak yang lagi ditarik oleh-Nya dan akan ditarik terus menerus serta banyak palang pintu yang akan dipecahkan
oleh-Nya.
Nabi
Isa Ibnu Maryam a.s. Telah Wafat
Wafat Nabi Isa a.s. merupakan akar dari pendakwaan kami dan akar itu akan disiram oleh Allah Swt.
dengan tangan-Nya dan Rasul memeliharanya. Allah Swt. dengan kalam-Nya dan
Rasulullah saw. dengan amalnya – yakni dengan penglihatan mata kepada beliau
saw. sendiri – telah memberi kesaksian
bahwa Nabi Isa a.s. telah wafat.
Waktu malam dalam mikraj
beliau saw. melihat Nabi isa a.s. di
antara ruh-ruh nabi-nabi lainnya yang
telah wafat. Akan tetapi sayang ada
juga orang-orang yang menganggap bahwa Nabi Isa a.s. masih hidup serta memberi sifat-sifat
yang begitu istimewa kepada Nabi Isa a.s. yang tidak diberikan kepada seorang
nabi yang lain.
Perkara-perkara inilah yang oleh orang-orang
Kristen dipakai alasan untuk menguatkan Ketuhanan
Nabi Isa a.s., dan banyak orang yang lemah
imannya terpeleset mendapat cobaan
akibat
itikad-itikad semacam itu. Kami
menyaksikan bahwasanya Allah Swt. telah
memberi kabar kepada kami bahwa Nabi
Isa a.s. telah wafat.
Sekarang kepercayaan bahwa Nabi Isa a.s. masih hidup hanya akan merusak agama saja dan khayal itu
akan tersia-sia saja. Sesungguhnya ljma’ (kesepakatan pendapat) yang pertama dalam agama Islam ialah semua nabi yang dahulu tiada seorang nabi pun yang masih
hidup, yang dinyatakan oleh ayat Al-Quran:\
وَ مَا مُحَمَّدٌ اِلَّا رَسُوۡلٌ ۚ
قَدۡ خَلَتۡ مِنۡ قَبۡلِہِ الرُّسُلُ
(Dan tidaklah
Muhammad melainkan seorang rasul yang semua rasul-rasul sebelumnya telah wafat
– QS.3:145).
Semoga Allah Swt. memberi ganjaran yang
berlipat-ganda kepada Hadhrat Abubakar rta. Yang mengadakan ijma’ (kesepakatan pendapat) ini dan membacakan ayat
tersebut denga naik di atas mimbar.
Akhirnya kami ucapkan terimakasih yang seikhlas-ikhlasnya
kepada pemerintah Inggris ini yang
dengan kemurahan hati telah memberikan
kemerdekaan agama kepada kita sehingga kami dapat menyampaikan ilmu-ilmu
agama yang sangat penting kepada sesama manusia. Inilah suatu nikmat yang lebih berharga daripada harta benda
dunia ini karena harta dunia akan fana (lenyap) tetapi harta ruhani ini tidak akan fana
(lenyap).
Kami menasihatkan pula kepada Jemaat kami bahwa
mereka harus menghargai pemerintah dengan sebenarnya yang memberikan kemerdekaan agama, karena orang yang tidak berterima kasih kepada
manusia ia tidak bersyukur kepada
Allah Swt. juga, maka manusia yang baik ialah yang bersyukur kepada Allah Swt. dan juga berterimakasih kepada manusia yang menjadi perantara baginya untuk memperoleh suatu nikmat Ilahi itu.
Wassalam
‘alaa manit-taba’al-huda
MIRZA
GHULAM AHMAD QADIANI
1 Nopember
1904, Sialkote
TAMAT
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
oo0oo
Pajajaran
Anyar, 20 Maret 2017
[1])
“Dan apabila keputusan-Ku telah jatuh atas mereka, Kami akan
mengeluarkan bagi mereka binatang dari bumi yang akan melukai mereka,
sesungguhnya manusia tidak yakin atas Tanda-tanda Kami.” (QS.27:83).